Sunday 19 September 2010

kapan ya saya kaya Jan Banning?

Minggu sore itu saya dibuat tergugah sama 1 artikel mengenai fotografi di Kompas, 19 September 2010 yang dibuat sama.. siapa ya. saya agak lupa, kalo ga salah Arbain Rambey dan Frans siapa gitu.

emang apa isinya Ga?

isinya mengenai ulasan tentang pameran fotografi yang digelar Jan Banning, "Jugun Ianfu"
foto2nya si semua cuma portrait ibu2 tua yang teknik fotonya yah.. ga bikin terkesima punya.
tapi yang bikin saya terkesima adalah dibalik foto dan wajah2 tersebut.

Jugun Ianfu adalah pekerja seks paksa pada masa penjajahan Jepang.
Jan Banning mencari ibu2 yang menjadi 'korban' dari kejadian tersebut. (and i was wondering how could he did it!)
sebelum memfoto ibu2 tersebut, Jan melakukan wawancara. dan dari cerita2 Ibu2, itu, membuat foto portrait itu jauh jauh lebih bermakna.

para mantan jugun ianfu ini tampangnya ga berbeda sama nenek2 lain yang suka nyirih lainnya, bahkan mungkin nenek kita. tapi dibalik wajah nenek itu, terdapat sebuah kepedihan dan trauma yang luar biasa. ga sedikit dari nenek2 itu yang menyisakan trauma, karena dipanggil 'bekas Jepang'. mereka digilir secara sistematis (what the hell!) selama beberapa bulan. sakitnya mungkin ga seberapa dibanding luka dalam hatinya. bayangkan kejadian itu menimpa mereka disaat mereka masih belasan.

saking malunya, beberapa dari mereka bahkan tidak meceritakannya kepada suami dan anak cucunya. Iyalah!

artikel ini membuat saya sangat tergugah, membuat saya untuk lebih sedikit menghargai semua orang, tetutama orang tua. kita ga tau apa yang mereka lalui. kita ga tau seberapa hebat dan seberapa berat hidup mereka di saat itu. dan membuat saat bertanya-tanya seperti apa kisah di balik semua nenek2. termasuk nenek saya.

talking about my grandma, yes i bet she's one of survivor too. gue sempat diceritain smaa tante saya, betapa hebatnya lebih tepatnya toughnya nenek. diumur dia yang masih.. paling 20an. dia berjuang sendiri (karena kakek meninggal) menghidupi ke-7 anaknya. udah susah gitu, masih aja sempat mengadopsi satu anak lagi gara2 kasihan. astaga.. jadilah ia harus mengurusi ke-8 anak yang masih kecil2 itu, dibantu ibu saya. anak sulungnya.

anyway itu cuma intermezzo.
yang mau saya tekankan dari artikel itu adalah, photography is way more than a great technic and skill, expensive tools, lighting, whatsoever. fotografi itu adalah mengenai cerita dibalik itu. memori yang bisa dibagi melalui sekotak lukisan cahaya. apalagi, portrait photography.

and i was like.. anjir. jenius banget nih si Jan Banning. dia tidak meonjolkan teknik dan skill yang luar biasa di foto2 dia. dia mencari nilai dan sejarah dibalik itu. sehingga ketika melihat foto2 dia, ada rasa simpati yang ikut terlibat. sehingga, itu bukan cuma portraits belaka. tapi, sejarah.

INI BARU FOTO!

No comments:

Post a Comment